Haha, begitu kan gampang kalau langsung saja. Begini, sorry mas bukan bermaksud apa-apa, aku ga' bisa. Maaf saya punya rencana lain. Sent : 06:32:31 p.m 07-30 – 2011
Iya, kan jadinya jelas. Ga boleh marah ya! Yang penting puji Tuhan saja lah :-)
Sepenggal jawaban dari wanita yang pernah aku suka, memang bodoh dan tak tahu cara yang tepat saat menyampaikan padanya bahwa aku pernah menyukainya untuk kemudian aku lanjutkan dengan mengucapkan apa yang aku rasakan. Sebelum aku mempersiapkan apa yang ingin aku katakan padanya, pikiranku saat itu hanya ada kemungkinan antara “ditolak dan diterima”, dan memang benar aku ditolak langsung secara sopan. Salut karena hal itu
Saat aku hendak mengutarakan apa yang menjadi gelombang perasaanku, telah aku beritahukan jauh-jauh hari bahwa aku ingin mengucapkan sesuatu tentang rasa itu. Dan aku rasa dia juga sudah membuat semacam rancangan jawaban atau sudah mempunyai rencana tentang apa yang dia ingin terima sebagai orang yang di sayangi. Keberanianku pertama kali untuk mencoba melakukan pendekatan ketika itu adalah dengan mengirim beberapa pesan singkat padanya. Dengan berbagai harapan atau hanya sekedar menghubungkan kecocokan satu sama lain dan membuka pembicaraan untuk saling mengetahui perasaan masing-masing, tak jauh pula hanya sekedar canda dan saling menertawakan.
Karena aktifitas pesan singkat terutama jika dilakukan oleh lelaki dan perempuan dalam rentang usia tertentu dengan ikatan perkenalan biasa saat itu merupakan sesuatu yang dianggap ada gejala saling suka menjadi hal yang dalam suatu lingkungan dianggap sedikit malu-malu, maka aku pun dengan dasar ini pula menanyakan padanya apakah pesan singkat antara aku dan dia ada yang mengetahui selain hanya aku dan dia ? Dia pun menjawab bahwa mobile yang dia gunakan juga menjadi semacam barang yang mempunyai privasi di dalamnya. Akupun merasa aman dalam arti tidak ada yang mengkonsumsi apa yang aku tanyakan padanya dan apa yang di jawab dari pertanyaanku selain kami.
Terkadang pernah juga aku membayangkan bagaimana jika aku diterima olehnya, juga bermain dengan perasaanku sendiri untuk sekedar dituliskan, seperti pemain sandiwara aku rasai hati ini dalam-dalam dengan membatin percakapan tanya jawab seperti yang dilakukan entah dalam cerita dari buku ataupun dari kisah di televisi dengan memulai pertanyaan yang aku ajukan dan dijawab pula dengan jawaban yang aku reka seolah dia yang menjawabnya. Aktifitas khayali seperti itu memang aneh dan terkadang nampak bodoh.
Beberapa tulisan aku kirimkan, dengan berbeda waktu dan tempat ketika aku dilanda perasaan yang berbeda-beda pula tentang dirinya. Ada yang muncul ketika aku sedang mendapat inspirasi tertentu, ada juga yang aku dapat ketika dalam kesendirian di malam hari. Aku berusaha membuat tulisan itu senormal mungkin, namun dalam kenyataannya apa yang aku tuliskan tentang dirinya sangat berbeda, dia merasa bahwa tulisan untuknya terlalu sulit dimengerti. Setelah aku coba baca berulang-ulang dan aku teliti lagi, memang apa yang aku tulis bukanlah kejelasan dari apa yang hendak aku sampaikan, namun hanya kebingungan dari pola suatu kalimat yang aku sendiri kadang tak memahami. Mungkin bisa juga karena dia memiliki ketertarikan yang berbeda mengenai tulisan, atau karena fokusnya bukan dari kalimat-kalimat tersebut.
Dari tutur katanya yang secara sederhana mengatakan hal-hal dengan jujur walaupun terkadang bernada kurang percaya, tipe gadis yang bisa aku sebut banyak menyimpan rahasia memberi jawaban padaku berupa ketidakbisaannya jika aku menjadi orang yang dia suka. Karena "kemungkinan" sudah aku perkirakan, selanjutnya aku tidak terlalu merasa sakit hati, seperti di sinetron-sinetron. Karena aku menyadari bahwa hal-hal seperti itu mempunyai resikonya juga. Hanya yang menjadi pertanyaan bagiku adalah “rencana lainnya”, seperti apakah rencana itu dari relevansinya aku ketika mengucap “suka padanya dengan kebingungan darinya saat aku mengiriminya tulisan”.
Bahkan dia pun tak mau mengatakan apa yang dia rasakan ketika aku mengatakan kata suka, hanya jawaban-jawaban singkat yang aku sendiri tidak paham. Apalagi setelah aku mengutarakan ketertarikanku padanya, mungkin dia berpikir lebih nyata dari sekedar rayuan yang bersifat gombalan ataupun memang dia mempunyai prinsip tertentu. Tak apalah, kebebasan ada ditangannya. Aku juga tidak merasa sedih karena ditolak olehnya, aku hanya merasa penasaran dengan penolakan itu. Kembali ke hubungan seperti biasa saja, kembali ke rencana masing-masing tentang hidup. Aku pun senang melakukan ketololan jenis ini. :-)
No comments:
Post a Comment